Pengarang :
Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto
Penerbit :
Prenada Media
Tahun Terbit :
Juli 2003
Tebal Buku :
285 hlm, 21 cm
Resentator :
Agita Sunni Hidayah
Membincangkan mengenai buku peradaban
Islam, sudah sangat biasa dan banyak sekali buku-buku tentang hal tersebut.
Namun ada yang beda dari buku Sejarah Islam Klasik yang ditulis oleh Musyrifah
Sunanto ini, dalam buku ini penulis lebih menonjolkan perkembangan ilmu
pengetahuan Islam pada masa klasik.
Sebagaimana yang diketahui, bahwa pada
abad ke IX- XIII M merupakan masa kemajuan ilmu pengetahuan. Pada saat itu kemajuan ilmu pengetahuan berpusat di Negara
Islam terutama di wilayah kekuasaan Abbasiyah yang beribukota Baghdad. Perkembangan
tersebut kemudian meluas ke Andalusia,
Affrika Utara, pulau Sisilia dan Mesir serta daerah kekuasaan Ghaznawiyah di
Asia Tengah.
Bagian pertama, perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa Rasulullah dan Khulafa ar-Rasyidin, pengetahuan pada masa
Rasul sangatlah lemah, bahkan pada masa itu kaum Quraisy hanya memiliki 17
orang yang pandai baca tulis. Di Negara-negara lainnya juga demikian, bahkan
kebejatan moral, dan kerusakan agama sangat merajalela. Kemudian Rasulullah
diutus sebagai revolusioner mengubah akhlak dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan wahyu-wahyunya yang diterima.
Kemudian pada masa Khulafa ar-Rasyidin,
Umar bin Khattab merupakan Khalifah yang paling menonjol. Ketika menjadi kepala
Negara, beliau melakukan perluasan wilayah, memperbaharui organisasi. Pada masa
beliau juga memrintahkan untuk membuat tata bahasa Arab agar kaum muslim
terhindar dari kesalahan membaca Al-Quran dan Hadits. Ali bin Abu Tholib lah
yang pertama membangun dasar-dasar ilmu nahwu kemudian disempurnakan oleh Abu
al-Aswad ad-Duwaly.
Bagian kedua, pada masa pemerintahan
Bani Umayyah melakukan penyusunan ilmu pengetahuan secara lebih sistematis baik
oleh bangsa Arab maupun non-Arab. Seperti adanya pembidangan-pembidangan. Yaitu
pembidangan ilmu agama, sejarah, bahasa dan ilmu filsafat. Dapat dikatakan bahwa
peradaban Islam sudah bersifat Internasional yang meliputi 3 benua, Eropa,
Afrika, Asia.
Bagian ketiga, pada mas Bani Abbasiyah
ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah
dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama
yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Pada masa
ini, merupakan masa kejayaan, dan pusat peradaban ilmu pengetahuan Islam.
Bagian keempat, perkembangan ilmu
pengetahuan Islam di negara-negara propinsi, setelah Baghdad sebagai pusat
peradaban dan pusat kekuasaan semakin lemah, Negara-negara propinsi mulai
muncul menyaingi Baghdad. Daulah-daulah kecil berlomba untuk maju, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan. Di Andalus muncul Bani Umayah II. Di Afrika
berdiri daulah Murobitin kemudian daulah Muwahidin. Di Sisilia ada kerajaan
Normandia, meskipun beragama Kristen, namun memajukan peradaban dan pengetahuan
Islam. Di Mesir muncul daulah Fathimiyah, kemudian Ayyubiyah. Di sebelah Timur
kota Baghdad berdiri bani Ghaznawiyah. Dari Negara-negara propinsi yang paling
terkenal sampai saat ini adalah perguruan tinggi Al-Azhar di Mesir yang
didirikan oleh bani Fathimiyah untuk memajukan pengetahuan Islam.
Bagian kelima, ilmu pengetahuan pada
masa penyerbuan, Andalusia direbut oleh Spanyol, kemudian penyerbuan Baghdad
pada tahun 1258. Dihancurkanlah segala macam peradaban dan pusaka yang telah
dibuat berates-ratus tahun lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah di karang
oleh para ahli ilmu pengetahuan kemudian dihanyutkan di sungai Dajlah sehingga
berubah warna airnya lantaran tinta yang larut.
Bagian keenam, ilmu pengetahuan setelah
hancurnya Baghdad, salah satu kerajaannya adalah kerajaan Mongol di Persi.
Dalam masa ini mulai matang ilmu umron (sosiologi) dan filsafat tarikh (philosophy of history) dengan munculnya
Muqaddimah Ibn Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai
disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu
kritik sejarah. Kemudian ada dinasti Mamluk di Mesir yang merupakan tempat
pelarian para ilmuwan dari Baghdad setelah penyerbuan Mongol. Mesir dengan
perguruan tinggi dan Dar al-Hikmah yang selamat dari penghancuran Mongol
menyebabkan kesinambungan ilmu zaman klasik tetap berkembang di Mesir. Selain
itu, ilmu pengetahuan Islam mengalir ke daerah Eropa yaitu melalui Andalus,
Pulau Sisilia dan Perang Salib.
Bagian terakhir merupakan zaman
kemunduran dari umat Islam dan
berkembangnya bangsa Eropa. Setelah kekuasaan Mongol berakhir pada tahun 1525,
tiga kerajaan besar yaitu Usmaniyah, Shafawiyah, Mughol India, sesudah itu
dunia Islam mundur secara berangsung-angsur dan jatuh di tangan Barat. Dengan
kemunduran tersebut secara tidak langsung ilmu pengetahuan Islam pun mundur.
Bab demi bab yang dituliskan di buku ini
sangatlah runtut dan menarik untuk dibaca dan dipelajari. Dari sinilah Islam
kemudian menyumbangkan peradaban tinggi di bidang keilmuan, yang entah
bagaimana sangat jarang ditulis orang. Padahal hasil fikir Islam-lah yang
mengantar dunia barat memasuki era pencerahannya.
Dari buku yang ditulis oleh penulis
kelahiran Ciamis ini menunjukkan bahwa pada
zaman itu, Islam sangatlah hebat dan menghasilkan peradaban yang mendunia.
Namun semenarik apapun buku, pastinya ada kekurangannya. Seandainya buku ini
lebih objektif memandang sejarah dan membadingkan masa demi masa antara
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam dan dunia Barat pasti akan lebih
menarik lagi dan terlihat objektif.
Buku ini bukan hanya bermanfaat untuk
mahasiswa S1 dan S2 saja, namun dapat diketajui oleh ummat agar dapat memtik
hikmahnya untuk kembali berikhtiyar menjayakan Islam sebagai sebuah kebudayaah
yang dinamis dengan peradaban tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar