Yang – Ada (Being)
Yang
ada ini merupakan istilah yang paling umum dari segala sesuatu. Yaitu predikat yang
paling umum dan paling sederhana dari semua predikat. Makna yang-ada sering
kali disamakan dengan esensi dan eksistensi, namun sebenarnya berbeda (untuk
esensi dan eksistensi akan kita bahas selanjutnya).
Misalkan,
sesuatu yang bereksistensi, misalnya bangku, pertama harus memiliki sifat yang
ada untuk dapat bereksistensi. Demikian pula dengan pikiran, perasaan yang
tidak dapat dilihat orang lain tapi tetap dapat dikatakan bersifat ada. Karena yang
ada merupakan sifat yang paling
sederhana, meskipun itu berupa pikiran atau perasaan yang tidak dapat bereksistensi
namun dapat bersifat ada meskipun hal yang mustahil sekalipun.
Misalkan
saya memikirkan tentang gajah yang berwarna merah jambu yang mempunyai dua
belalai. Gajah tersebut bersifat ada meskipun tidak bereksistensi.
Ketika
kita mengatakan suatu apapun halnya maka bersifat “yang-ada” baik jenis maupun
hakikatnya. Dimana segala sesuatu disini maksudnya itu dapat merujuk pada
sesuatu itu baik jenis maupun hakikatnya.
Parmanides
berpendapat bahwa Kita hanya dapat mengatakan dan memikirkan sesuatu yang
bersifat yang ada. Yang ada ini bukanlah sesuatu yang mengada karena kita
pikirkan, namun segala sesuatu bersifat yang ada.
Sedangkan
yang tiada merupakan istilah yang tidak mengandung makna dan tidak menunjuk
kepada apapun. Memikirkan istilah yang tiada berarti memberikan sifat yang ada
kepada istilah ketiadaannya, bukan kepada sesuatu yang ditunjuknya.
Yang
menjadi titik tekan disini adalah segala yang kita pikirkan atau katakana
memiliki sifat yang ada. Atau ringkasnya bahwa segala sesuatu bersifat ada