Selasa, 25 Maret 2014

Artikel

Rekontruksi Gerakan Mahasiswa  di  Era Reformasi

Membincang mengenai mahasiswa, pasti tidak akan lepas dengan gerakan mahasiswa. Gerakan bukan hanya beberapa mahasiswa yang berkumpul dalam suatu komunitas saja, akan tetapi bagaimana membuat sebuah gerakan yang dinamis. Ketika melihat sejarah pergerakan mahasiswa di Indonesia ini tidak sedikit peran mahasiswa untuk negeri ini. Lahirnya gerakan pemuda dan mahasiswa Budi Utomo turut berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Contoh kecil ketika masa pemerintahan Soeharto, mahasiswa Indonesia bersatu dengan membuat gerakan untuk menurunkan rezim Soeharto pada masa orde baru. Kemudian timbul pertanyaan, apa sesungguhnya peran mahasiswa? Mahasiswa merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat bangsa, bahkan para aktivis juga merupakan minoritas dalam populasi mahasiswa. Tetapi mahasiswa melihat jauh ke depan, memikirkan yang tidak dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya dan menginginkan perubahan.
Berbanding terbalik jika  melihat gerakan mahasiswa pada masa orde baru dengan era reformasi saat ini. Gerakan mahasiswa saat ini seolah-olah redup, salah satu penyababnya yaitu tidak sedikit mahasiswa yang menganggap bahwa gerakan-gerakan seperti aksi demonstrasi sudah tidak berarti lagi. Iklim demokrasi juga menjadikan setiap masyarakat bebas berpendapat dan membela diri sendiri. Padahal sebelumnya mahasiswa mempunyai peran yang besar untuk membela masyarakat yang tertindas. Selain faktor tersebut, ada faktor yang lebih dominan yang memengahruhi pergerakan mahasiswa, yaitu arus globalisasi yang semakin gencar. Pesatnya perkembangan dunia informasi dan teknologi yang berasal dari luar hakikatnya memberi keuntungan bagi kita, tapi ternyata juga membawa efek yang buruk. Tidak sedikit dari masyarakat kita telah terserang globalisasi yaitu dengan cara hidup mewah dan mementingkan kesenangannya. Ini membuat masyarakat semakin apatis terhadap masalah-masalah sosial. Sekarang musuh bagi gerakan mahasiswa yang mempunyai nilai kebaikan telah jelas yaitu gaya hidup hedonis dan pragmatis.
Pergerakan mahasiswa saat ini tengah mengalami keadaan yang krisis, eksistensinya semakin tidak jelas. Sudah saatnya gerakan mahasiswa memutar haluan dan mencari arahan baru yang sesuai dengan tantangan zaman. Dapat kita lihat pada saat aksi demonstrasi, hanya segelintir mahasiswa yang mau turun aksi. Sedangkan mahasiswa yang lain beralasan ingin berkonsentrasi dengan kuliahnya, namun ternyata hasilnya tidak lebih baik dari para aktivis yang mau turun aksi.
Sebagai tokoh intelektual, gerakan mahasiswa bukan hanya lewat aksi demonstrasi dan pernyataan sikap saja. Namun banyak cara yang dapat kita lakukan. Misalnya dalam bidang ilmiah dapat melaksanakan riset dan studi untuk membantu menyelesaikan persoalan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial, hukum, dan lainnya. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab sosial dan intelektual untuk mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin, sekaligus menjadikan kampus sebagai wadah untuk berdialektika intelektual dalam memecahkan maslah dalam masyarakat.
Gerakan mahasiswa merupakan wujud kecerdasan masyarakat. Untuk itu masyarakat harus terus memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan dalam membantu masyarakat, jika mahasiswa kehilangan intelektualitasnya dan keberaniannya dalam membela dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, maka nasib bangsa tidak akan jelas. Gerakan mahasiswa harus terus mengambil peranannya sebagai pelopor perubahan, pengawal pembangunan dan mempersiapkan diri sebagai pemimpin. Dengan demikian mahasiswa dengan gerakannya akan tetap menjadi tokoh intelektual dan agen perubahan dalam masyarakat yang bertanggung jawab dan penuh keberanian.

Rekontruksi sebuah pergerakan mahasiswa tidak dapat ditunda-tunda lagi jika ingin mengawal perubahan menjadi lebih baik. Dengan demikian gerakan mahasiswa akan siap untuk menjawab tantangan globalisasi dunia, sampai tujuan mulia itu terwujud di bumi pertiwi ini.

0 komentar:

Posting Komentar