Jumat, 04 Maret 2016

Kampung Halamanku: Negeri di Atas Awan



“Git, kamu orang mana?”
“Wonosobo donk.....”
“oh yang Dieng itu ya? Yang ada pegunungan, telaga, sama Sunrise terindah se Asia Tenggara itu??”
J J J

Wonosobo, kabupaten kecil yang berada di tengah-tengahnya Jawa Tengah ini yang selalu menantiku pulang dengan suguhan keindahan alamya. Bapak, ibu, simbah, buyut semua asli orang Wonosobo dan bertekat apapun yang terjadi akan tetap tinggal di Wonosobo.

Alamatku berada di dusun Kleyang Jurang RT 02 RW 01, desa Pungangan, kecamatan Mojotengah, kabupaten Wonosobo. Jadi teman-teman yang sedang berlibur di kota ini silahkan mampir sekedar untuk meminum teh hangat dan suguhan sederhana dari keluarga kami.

Banyak hal yang unik dan membuatku rindu untuk tidak berlama-lama di luar kota. Setidaknya satu bulan sekali aku menyempatkan waktu untuk pulang ke Wonosobo dan meninggalkan Semarang untuk sementara, biasanya aku memberi kabar pada ibu terlebih dahulu kalau mau pulang, kemudian ibu menyiapkan beberapa masakan yang khas dengan bau tangannya ibu,hehe.

Tapi tidak puas dengan itu masakan ibu saja, di Wonosobo memiliki banyak makanan khas yang jarang ditemukan di daerah lain, pasti teman-teman sudah tau kan?? Ya.... ada Tempe Kemul, Mie Ongklok, Carica, Megana dan masih banyak makanan lainnya yang khas. Naah yang belum pernah berkunjung ke Wonosobo, sedikit aku kasih gambaran apa itu makanan-makanan yang ada di atas. Cekidoot....

1.       Nasi Megana
Nah ini adalah makanan khas selanjutnya, kalau mungkin teman-teman pernah mendengar Megono Pekalongan, jangan bayangkan nasi Megono yang ada di Wonosobo mirip seperti yang ada di Pekalongan. Bedanya, kalau di Pekalongan sayurnya menggunakan buah nangka muda, sedangkan di wonosobo menggunakan Kubis dicampur dengan parutan kelapa dan terkadang dicampur dengan ikan teri, atau ebi. Maka rasanya menjadi gurih dan nikmat disantap pada pagi hari.



2.      
 Tempe kemul
Nah selanjutnya tempe kemul, ini adalah teman dari Nasi Megana yang biasanya disajikan bersamaan. Tempe kemul kalau bahasa Indonesianya ya Tempe Selimut, eeeh tapi selimutnya Wonosobo sama daerah lain beda lho. Tempe kemul ini hampir sama seperti gorengan tempe pada umumnya, tapi berwarna kuning. Kuning yang ada di tempe kemul ini dihasilkan dari “kemul” yang terbuat dari tepung terigu, tepung kanji, bawang dan dicampur dengan kunyit yang dihaluskan agar warnanya cantik dan harum. Kemudian yang khas dari makanan ini, kalau biasanya gorengan lain dicampur dengan daun bawang, berbeda dengan tempe kemul yang menggunakan potongan daun kucai. Mungkin agak asing terdengarnya ya, tapi itu semacam daun bawang yang lebih kecil lagi dan tidak memiliki rongga.



3.       Mie Ongklok
Entah ini dari kata apa kok bisa jadi mie Ongklok, tapi mie Ongklok ini tidak bisa di dapatkan di daerah lain. Setiap sore banyak sekali penjual yang menjajakan mie ongklok ini lengkap dengan sate ayam atau sate sapi untuk menemani menyantapnya di daerah alun-alun Wonosbo dan hampir setiap desa pun ada penjual mie Ongklok. Mie ongklok ini terbuat dari mie rebus, potongan kubis, potongan d
aun kucai, potongan tahu atau tempe goreng. Kemudian disiram dengan sambal kacang dan kuah yang lumer terbuat dari tepung kanji dan bawang yang sudah dimasak. Mungkin akan terlihat menjijikkan bagi orang yang belum tau rasanya. Tapi sekali mencoba, jangan salahkan saya kalau ketagihan,hehe.

4.      
 Carica
Wah ini nih buah yang sudah melanglang buana. Bahkan aku pernah beekunjung ke daerah Bandung, Malang, Jogja dan beberapa kota lainnya ada carica yang dijual di toko oleh-oleh didaerah tersebut. Nah mungkin teman-teman juga sudah pernah mencicipinya karena buah ini biasa dibuat untuk manisan dan sudah dikirim ke berbagai kota di Indonesia bahkan luar negeri. Carica ini pohon langka yang tumbuh hanya di dataran Dieng dan beberapa tempat dibelahan dunia lain. Carica masih satu keluarga dengan pepaya, bisa dilihat dari bentuk pohon, dan buahnya pun mirip, tetapi carica hanya bisa tumbuh di suhu dan tanah tertentu saja.


Keren kan?? Ada yang manis, asin, bikin kenyang juga, setiap aku pulang tidak pernah terlawatkan untuk makan paling tidak megono dan tempe kemul. Tapi bukan hanya makanan saja yang membuat rindu, keluarga yang selalu mendoakanku untuk terus berjuang tanpa orang tua di Semarang yang membuatku ingin cepat pulang dan segera menceritakan hal-hal yang ku alami disini.
Selain itu, aku merasa harus cepat pulang ketika sudah mulai malas dengan kuliah, malas untu beribadah, malas dengan hal-hal yang ada di sini untuk meningkatkan motivasiku untuk terus berjuang. Bagiku keluargaku ada sumber semangatku untuk terus maju.

#WritingChallange

0 komentar:

Posting Komentar